Seorang pemuda yang mencari makna hidup | episode 5

gambar sampul Seorang pemuda yang mencari makna hidup

Seorang pemuda yang mencari makna hidup | episode 5 (Godaan di tengah jalan)

    Setelah beberapa hari menjalani rutinitas barunya, Rayhan mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia merasa lebih tenang, lebih sabar, dan pikirannya lebih jernih. Namun, ia juga menyadari bahwa perjalanan menuju kebaikan tidaklah mudah. Ada banyak tantangan dan godaan yang bisa menggoyahkan niatnya.

    Suatu malam, setelah berbuka puasa dan menunaikan shalat Isya serta Tarawih di masjid, Rayhan pulang ke rumah dengan perasaan lega. Ia menikmati suasana Ramadhan dengan cara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dulu, bulan puasa hanya tentang menahan lapar dan haus baginya. Tapi sekarang, ia mulai memahami bahwa Ramadhan adalah tentang perjalanan spiritual, tentang memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

    Namun, saat ia tiba di rumah, notifikasi di ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari seorang teman lama, Rina.

"Hai Rayhan, lama nggak ketemu. Gimana kalau kita ngobrol-ngobrol sebentar? Aku ada di kafe biasa."

    Rayhan menatap pesan itu lama. Dulu, ia dan Rina sering menghabiskan waktu bersama di kafe hingga larut malam, berbincang tentang kehidupan tanpa ada batasan agama yang ia pikirkan. Tapi kini, ia ragu. Haruskah ia pergi? Ataukah ia harus menolak?

Ia menghela napas, lalu mengetik balasan.

"Maaf, Rin. Aku lagi di rumah. Lagi mencoba fokus di bulan Ramadhan ini."

Tak butuh waktu lama, Rina membalas.

"Kamu berubah ya? Dulu nggak pernah nolak ajakan aku. Kita cuma ngobrol aja kok, nggak ada yang salah kan?"

    Rayhan menatap layar ponselnya. Ia tahu bahwa ini ujian. Ia ingin menjaga hubungannya dengan teman-temannya, tapi ia juga tidak ingin tergoda kembali ke kebiasaan lama yang menjauhkannya dari Allah.

Ia pun mengetik lagi.

"Aku nggak berubah, aku cuma mau jadi lebih baik. Kalau kamu mau ngobrol, ayo cari waktu setelah Tarawih di tempat yang lebih baik, misalnya di masjid atau taman dekat situ."

Balasan itu lama tak mendapat respons. Setelah beberapa menit, akhirnya Rina membalas.

"Hmm… ya udahlah. Mungkin lain kali aja."

    Rayhan menghela napas. Ia tahu, keputusannya akan membuat beberapa orang menjauh. Tapi ia juga sadar bahwa seseorang yang benar-benar peduli padanya akan memahami perubahan yang ia jalani.

    Malam itu, sebelum tidur, ia kembali merenungi perjalanannya. Ia ingat kata-kata Hafiz tentang bagaimana perjalanan menuju kebaikan selalu penuh rintangan. Tapi kini, ia lebih yakin bahwa selama ia berpegang teguh pada niatnya, Allah akan selalu membimbingnya.

    Di luar, langit Ramadhan masih bersinar. Dan di dalam hatinya, Rayhan mulai memahami bahwa setiap langkah mendekatkan dirinya kepada cahaya yang selama ini ia cari.

Komentar