Bahasa Pemrograman ABC dan Pengaruhnya pada Sintaks Python

ilustrasi awal python tercipta hingga saat ini dan fumgsi utama python itu sendiri

Bahasa Pemrograman ABC dan Pengaruhnya pada Sintaks Python

    Ketika kita mengagumi sintaks Python yang bersih dan mudah dibaca, kita sering kali lupa bahwa keindahannya tidak muncul begitu saja. Jauh sebelum Python lahir, ada sebuah eksperimen linguistik yang berani dan visioner yang memberikan fondasi bagi salah satu bahasa pemrograman paling populer di dunia. Eksperimen itu bernama Bahasa Pemrograman ABC.

    Artikel ini akan membawa Anda pada perjalanan ke masa lalu, mengungkap kisah tentang bagaimana sebuah bahasa yang gagal mencapai ketenaran global, justru berhasil menanamkan benih-benih kecemerlangan yang kelak tumbuh subur di dalam Python. Kita akan menyelami filosofi di balik ABC, mengenali elemen-elemennya yang revolusioner, dan melihat bagaimana Guido van Rossum mengambil ide-ide terbaiknya, memperbaikinya, dan membangun sebuah warisan yang jauh lebih besar.

Harapan yang Tak Terwujud: Misi Bahasa ABC

    Pada awal tahun 1980-an, sebuah tim di Centrum Wiskunde & Informatica (CWI), sebuah lembaga riset di Amsterdam, memulai sebuah proyek ambisius: menciptakan bahasa pemrograman yang dirancang khusus untuk pemula. Mereka ingin membangun bahasa yang bisa digunakan oleh siapa saja, bahkan oleh orang-orang yang tidak memiliki latar belakang teknis yang kuat. Tujuannya adalah untuk membuat coding menjadi lebih mudah diakses dan menyenangkan.

Nama proyek ini adalah Bahasa Pemrograman ABC.

    Filosofi di balik ABC sangatlah revolusioner untuk zamannya. Saat itu, bahasa-bahasa yang dominan seperti C dan Pascal dipenuhi dengan tanda baca yang rumit, kurung kurawal, dan titik koma. Sintaksnya terasa seperti jargon teknis yang hanya dipahami oleh sekelompok kecil "elit" programmer. Tim ABC ingin mengubah ini. Mereka percaya bahwa kode harus bisa dibaca seperti sebuah tulisan.

Mereka menerapkan beberapa ide radikal:

  1. Sintaks yang Minimalis: Mereka membuang semua tanda kurung kurawal dan titik koma. Mereka ingin sintaks ABC sebersih mungkin, menghilangkan semua "gangguan visual" yang membuat kode sulit dipahami.
  2. Penamaan yang Jelas: Mereka mendorong penggunaan nama-nama variabel yang mudah dipahami, bukan singkatan yang membingungkan.
  3. Indentasi Wajib: Ini adalah fitur paling radikal dan paling berpengaruh. Di ABC, indentasi (spasi di awal baris) bukanlah sekadar gaya; itu adalah bagian wajib dari sintaks. Tim ABC percaya bahwa dengan memaksa programmer untuk mengindentasi kode dengan benar, struktur program akan menjadi lebih jelas secara visual dan mudah dimengerti.

Meskipun memiliki tujuan yang mulia, ABC gagal mendapatkan daya tarik yang luas. Beberapa alasan di baliknya adalah:

  • Terlalu Kaku: ABC tidak mudah diperluas. Programmer tidak bisa menambahkan fungsi atau pustaka baru dengan mudah. Ini membuatnya terbatas dan tidak cocok untuk proyek-proyek yang lebih kompleks.
  • Tidak Populer: ABC tidak mendapatkan dukungan dari perusahaan besar atau komunitas yang cukup besar untuk bertahan.
  • Terlambat: ABC muncul di saat bahasa-bahasa seperti C dan C++ sudah mendominasi pasar.

Meskipun demikian, kegagalan ABC bukanlah akhir dari cerita. Sebaliknya, itu adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.

Guido van Rossum dan Inspirasi yang Mengalir

    Salah satu anggota tim ABC yang menyaksikan langsung perjuangan dan kegagalan bahasa itu adalah Guido van Rossum. Ia adalah seorang programmer yang cerdas dan pragmatis. Ia menyadari masalah yang dihadapi ABC, tetapi ia tidak bisa mengabaikan salah satu ide terbesarnya: pentingnya indentasi untuk keterbacaan.


    Ketika ia mulai mengerjakan proyek pribadinya di liburan Natal tahun 1989—yang kelak menjadi Python Guido tahu persis apa yang ingin ia pertahankan dari ABC. Ia ingin bahasa yang ia ciptakan memiliki keterbacaan yang sama, tetapi tanpa semua keterbatasan yang dimiliki ABC.

    Ini adalah momen krusial. Alih-alih membuang semua ide ABC, Guido memilahnya. Ia mengambil satu fitur yang paling kuat dan berani indentasi wajib dan menjadikannya inti dari sintaks Python. Ini adalah sebuah keputusan yang revolusioner karena ia secara efektif memadukan gaya penulisan dengan aturan sintaks. Dengan kata lain, ia menjadikan "kode yang rapi" sebagai sebuah persyaratan, bukan hanya sebuah saran.

Pengaruh ABC pada sintaks Python sangat kentara:

  • Tidak Ada Tanda Kurung Kurawal: Sama seperti ABC, Python tidak menggunakan {} untuk menandai blok kode. Sebaliknya, ia mengandalkan indentasi.
  • Sintaks yang Mirip Bahasa Inggris: Python menggunakan kata kunci yang mudah dipahami seperti if, for, in, dan not, mirip dengan sintaks ABC yang juga mengutamakan kejelasan.
  • Fokus pada Keterbacaan: Meskipun Python jauh lebih fleksibel daripada ABC, filosofi utamanya tetap sama: kode yang mudah dibaca adalah kode yang baik.

Namun, Guido juga belajar dari kesalahan ABC. Ia membuat Python agar mudah diperluas dan diintegrasikan dengan bahasa lain seperti C, yang memungkinkan Python untuk mengambil alih tugas-tugas yang berat dari bahasa lain. Ini adalah kunci keberhasilan Python: ia mengambil ide brilian dari ABC, tetapi menambahkan fitur yang dibutuhkan untuk bertahan di dunia nyata.

Indentasi: Dari Kontroversi Menjadi Standar Emas

    Pada awalnya, keputusan Guido untuk menjadikan indentasi sebagai bagian wajib dari sintaks Python sangat kontroversial di kalangan komunitas pemrograman. Banyak yang mengkritik hal ini sebagai langkah yang terlalu membatasi dan tidak perlu. Mereka berpendapat bahwa programmer harus bebas untuk mengindentasi kode sesuka hati mereka.

    Namun, Guido bergeming. Ia tahu bahwa keputusan ini akan memaksa setiap programmer, dari pemula hingga profesional, untuk menulis kode yang konsisten dan mudah dibaca. Ia sadar bahwa sebagian besar waktu yang dihabiskan dalam pengembangan perangkat lunak adalah untuk membaca dan memelihara kode, bukan menulisnya. Kode yang rapi sejak awal akan menghemat waktu dan mencegah bug di kemudian hari.

    Ternyata, pandangan Guido terbukti benar. Seiring waktu, komunitas Python tumbuh, dan para programmer mulai menyadari manfaat dari aturan ini. Mereka tidak lagi perlu berdebat tentang gaya indentasi, karena Python telah membuat keputusan untuk mereka. Ini membebaskan mereka untuk fokus pada hal yang paling penting: logika program itu sendiri.

    Banyak bahasa pemrograman modern, seperti Go dan Rust, telah mengadopsi prinsip-prinsip keterbacaan yang sama. Beberapa bahasa lain bahkan memiliki tools yang secara otomatis memformat kode agar rapi, menunjukkan bahwa ide yang dulu kontroversial itu kini menjadi standar emas dalam praktik pengembangan perangkat lunak modern.

Warisan yang Bertahan

    Meskipun Bahasa Pemrograman ABC mungkin tidak pernah menjadi nama yang familiar bagi kebanyakan orang, warisannya hidup dan bernapas di dalam Python. Setiap kali seorang programmer pemula menulis baris kode pertamanya di Python dan langsung bisa membacanya tanpa kesulitan, mereka harus berterima kasih pada filosofi yang lahir dari ABC.

    Guido van Rossum tidak hanya mengambil sebuah ide; ia menyempurnakannya. Ia melihat potensi di mana orang lain melihat kegagalan. Ia mengambil inti dari visi ABC bahwa coding harus mudah diakses dan menggabungkannya dengan fleksibilitas dan kekuatan yang dibutuhkan oleh dunia nyata.

    Kisah ABC dan Python adalah pengingat yang kuat: kegagalan bukanlah akhir, melainkan sebuah pelajaran. Python membuktikan bahwa ide-ide yang cemerlang tidak pernah benar-benar mati; mereka hanya menunggu untuk ditemukan kembali dan diterapkan dengan cara yang lebih baik.

    Jadi, saat Anda menulis kode Python yang bersih dan indah, luangkan waktu sejenak untuk mengingat ABC. Itu adalah pelopor yang berani, dan tanpa kegagalannya, kita mungkin tidak akan memiliki bahasa yang begitu elegan seperti Python.

Komentar