Kasih yang tak pernah berkarat
Di pagi hari yang indah wira sedang berjalan di tepi hutan
dekat rumah nya, seperti biasanya wira berjalan santai dan menghirup udara
segar nya pagi, setelah berjalan cukup jauh wira duduk di bawah pohon untuk
beristirahat sambil menikmati jus segar yang telah ia bawa.
“Glek-glekkk mmm menikmati jus dan menghirup udara segarnya pagi
emang nikmat banget dah di tambah pemandangan alam yang indah buat hati adem”
ujar wira yang bergegas hendak berdiri dan melanjutkan perjalanannya, namun
tiba-tiba terlihat sesuatu yang berjalan dari dalam hutan menuju wira.
Wira pun terkejut dan keheranan mengapa sosok itu bergerak
mendekati nya, “apa itu mengapa bergerak seakan mendekati ku” ujar wira yang
melihat dari pinggiran hutan. Ketika sedang memperhatikan sosok tersebut yang
semakin lama semakin mendekat wira pun semakin merasa tidak nyaman dan
berteriak “siapa disana... apa yang ingin kau lakukan...
Walaupun Sudah sekian lama wira berteriak namun satu sahutan
pun tidak terdengar, keadan itu membuat wira semakin merasa takut sehingga wira
mengambil kayu dan menggenggam nya dengan sangat kuat dan bersiaga memukul,
“apa bila sosok tersebut adalah binatang buas atau pun makhluk apa pun yang
menyeram kan maka aku akan memukul nya dengan kayu ini” gumam wira dalam hati.
Semakin lama sosok itu mendekat dan semakin jelas, wira pun
tersenyum dan berkata “ahh kupikir binatang buas namun ternyata hanya seorang
nenek tua” wira pun menjatuh kan kayu yang di pegang nya dan kembali berteriak
“hai nenek apa yang sedang kau lakukan disana”.
namun keadaan semakin hening dan tetap tidak terdengar
sahutan dari sosok sang nenek, wira pun bergemetaran dan kembali ketakutan,
“apa yang dilakukan orang tua seperti itu di dalam hutan, apakah dia
benar-benar manusia ataukah dia hantu yang ada di hutan ini tapi mana ada hantu
di pagi hari yang cerah seperti ini, tetapi jika dia bukan hantu mengapa tidak
ada satu sahutan pun darinya” gumam wira dalam hati nya sambil kebingungan
untuk lari atau terus menunggu hingga sosok sang nenek itu menjadi sangat dekat dengannya.
Wira pun memutuskan
untuk menunggu sosok sang nenek begitu sangat dekat namun untuk berjaga-jaga ia
mengambil kembali kayu yang ia jatuhkan sebelumnya.
Ketika sosok sang nenek sudah begitu sangat dekat wira pun
menanyakan kembali “apa yang kau lakukan disini nenek”, ternyata kali ini wira
pun mendengar sahutan dari sang nenek yang terdengar lirih “tenang lah wahai
anak muda...mengapa kau begitu khawatir dengan seorang yang sudah tua
sepertiku”.
Mendengar jawaban sang nenek wira pun kembali menjatuh kan
kayu nya dan berkata “maaf kan saya nenek, saya hanya tidak menyangka bagaimana
mungkin orang yang setua nenek berada di hutan seperti ini”.
Melihat sang nenek yang kesusahan berjalan wira pun mendekati
dan membantu seraya berkata “nenek bagaimana bisa nenek berada di hutan ini dan
apakah nenek kesini sendirian”, nenek pun menjawab dengan wajah tersenyum
“tidak nak, nenek datang kesini bersama anak nenek saat hari minggu dan anak
nenek sudah pulang meninggalkan nenek”.
Wira pun terkejut dan berkata “nenek bagaimana mungkin anak
nenek setega itu kepada nenek, dimana anak nenek sekarang biar saya bicara
kepadanya”. Nenek pun menjawab dan tetap menunjukkan senyum nya yang sudah
menua “nenek rasa anak nenek sudah sampai di rumah nak”, dengan perasaan geram
dalam hati nya Wira pun bertanya kembali kepada nenek “nek, bolehkah saya tahu
dimana rumah nenek”, nenek terdiam sebentar dan kemudian berkata dengan ragu
“mm rumah nenek cukup jauh nak”.
Wira pun berkata kepada sang nenek “sungguh nek jika saya
bertemu dengan anak nenek saya akan memarahi nya”, namun seketika wira teringat
perkataan nenek barusan bahwa sang nenek bersama anak nya ke dalam hutan pada
hari minggu sementara hari ini adalah hari rabu wira pun langsung berkata
“nenek apakah nenek sudah bermalam dihutan selama 2 hari”.
Nenek pun kebingungan dan bertanya dengan wajah tersenyumnya “apakah
benar nak, nenek juga tidak tahu nenek hanya berjalan dan terus berjalan
mencari jalan untuk keluar dari dalam hutan dan ketika nenek sudah mulai merasa
lapar nenek hanya mengambil dan memakan buah-buahan yang ada di dalam hutan dan
ketika hari mulai gelap nenek hanya tidur dibawah pepohonan dalam pikiran nenek
hanya bagaimana caranya agar bisa keluar dari dalam hutan dengan selamat, dan
sekarang nenek merasa bersyukur dan senang sekali karena sudah keluar dari
dalam hutan dan bertemu kamu”.
Wira pun heran mendengar perkataan sang nenek dan wira pun
bertanya kembali “bertemu saya, mengapa nenek senang bertemu dengan saya”,
nenek pun kemudian menjawab dengan gerak tubuh yang bermohon “nak nenek merasa
lapar sebab buahan yang nenek makan tidak begitu mengenyangkan perut nenek
seperti biasanya nenek memakan nasi dan nenek merasa kehausan karena selama
dihutan nenek tidak menemukan air, apakah kamu mau membawa nenek kerumah mu dan
memberikan nenek nasi dan air untuk nenek minum”.
Tanpa berkata-kata lagi Wira pun bergegas menuntun sang nenek
kerumah nya, ditengah perjalanan membawa sang nenek air mata wira pun terus
menetes mendengar dan melihat keadaan sang nenek.
Setelah sampai dirumah wira nenek pun langsung diberikan
makanan dan minuman yang dimiliki wira, nenek pun mengucapkan terimakasih
kepada wira dan langsung memakan nasi dengan begitu lahap nya, disaat nenek
seedang makan wira pun memandangi nenek seraya bertanya “nek jika boleh saya
tahu, apa sebenarnya yang telah terjadi sehingga anak nenek tega meninggalkan
nenek di hutan”.
Nenek yang minum setelah selesai makan pun tersedak mendengar
perkataan wira “uhuk-uhuk akhh mm nak sebenarnya nenek bukan di tinggalkan oleh
anak nenek melainkan sengaja di buang ke hutan”.
“Benarkah mengapa anak nenek bisa sampai seperti itu kepada
nenek” ujar wira sabil menahan kegeraman nya terhadap anak sang nenek.
kemudian sang nenek pun mulai menceritakan kisah nya disaat
sebelum ia di buang kehutan “dahulu waktu nenek belum setua ini anak nenek
sebenarnya baik kepada nenek dan nenek juga baik kepadanya, waktu nenek belum
setua ini nenek masih bisa bekerja membantu-bantu pekerjaan rumah dan nenek
tetap menyayangi anak nenek dan anak nenek juga menyangi nenek”.
“tapi nek kalau anak nenek menyayangi nenek mereka seharus
nya tidak membuang nenek kehutan” ujar wira menyela perkataan nenek.
Nenek pun tersenyum dan melanjutkan perkataan nya “sungguh
nak nenek akan tetap menyayangi anak nenek walaupun ia telah memperlakukan
nenek seperti ini dan nenek tau anak nenek sebenarnya juga menyayangi nenek
hanya saja nenek kan sudah terlalu tua dan sudah mulai pikun seehingga nenek
sudah tidak bisa membantu pekerjaan rumah dan malah makin menyusah kan anak
nenek dengan keadaan nenek yang pikun ini”.
“Itu sebabnya anak nenek membuang nenek, supaya mereka tidak
terbebani begitukah” ujar wira yang kembali menyela perkataan sang nenek.
Nenek pun kembali menunjukkan wajah tersenyumnya dan kembali
bercerita “ya begitulah nak, nenek dibawa dari rumah dengan mobil dan ketika
sampai di pinggiran hutan nenek dan anak nenek turun dari mobil dan nenek
kemudian di gendong masuk kedalam hutan, ketika nenek lihat kebelakang ternyata
sudah jauh dari jalan nenek pun berkata kepada anak nenek mengapa kita masuk
begitu jauh kedalam hutan dan anak nenek menjawab agar supaya ibu tidak bisa
keluar dari hutan dan nenek pun merasa khawatir dan mengatakan kepada anak
nenek buat lah tanda untuk mu agar engkau bisa keluar dari dalam hutan dengan
selamat nak”.
“jadi nenek khawatir dengan keadaan anak nenek bukan dengan
keadaan nenek sendiri” ujar wira yang kembali menyela perkataan sang nenek yang
membuat nya semakin merasa geram dengan perlakuan anak sang nenek.
Nenek pun menjawab “tentu nenek khawatir dengan keadaan anak
nenek karena kan memang tujuan hidup nenek sebagai orang tua ialah untuk
membahagiakan anak nenek dan lagipula mengapa nenek harus mengakhawatir kan
diri nenek yang sudah tua ini yang paling sebentar lagi sudah tidak berada di
dunia ini nak dan nenek juga merasa senang kok apabila dengan dibuang nya nenek
membuat anak nenek lebih bahagia dan memang tujuan hidup seorang ibu kan membahagiakan
anak nya”.
Mendengar perkataan sang nenek wira pun terdiam karena
terharu.
Nenek yang melihat wira kesedihan pun berkata “nak kamu tidak
perlu bersedih karena nenek, nenek sangat berterimakasih kepada mu dan kalau
kamu izin kan nenek akan tinggal untuk sementara waktu disini”.
“tentu nek, nenek boleh tinggal disini untuk selama yang
nenek mau wira tidak keberatan kok, lagi pula orang tua wira sangat ramah kok
hanya saja untuk sekarang mereka sedang pergi ke luar kota tetapi wira yakin
ketika mereka kembali pasti mereka tidak marah dan mau menerima nenek.
Akhirnya sang nenek pun bermalam dirumah wira dan nenek
merasakan tidur yang amat nyenyak karena telah 2 malam sebelum nya ia merasa
kan tidur dihutan.
Keesokan pagi pun tiba, seperti biasanya wira pun hendak
melakukan aktivitas yang biasa ia lakukan di pagi hari yaitu berjalan santai di
jalan dekat tepian hutan.
namun sebelum berangkat wira menuju kamar nenek dan memanggil
sang nenek “nenek apakah nenek sudah bangun”.
namun tidak terdengar sahutan dari sang nenek membuat wira pun
berfikir nenek masih tidur.
Ketika hendak keluar wira pun kembali berteriak memberitahu
sang nenek “nek jika sudah bangun jangan lupa menyantap sarapan yang telah wira
siapkan diatas meja yaa”.
Wira pun pergi melanjutkan perjalanan nya kejalan dekat tepian
hutan, ketika wira sedang asik berjalan wira pun mendengar teriakan yang
berasal dari dalam hutan “ibu ibuu ibu dimana”, wira pun yang mendengar
teriakan itu bergegas menyisiri jalan menuju arah teriakan.
akan tetapi ketika semakin mendekati arah suara teriakan wira
menemui sebuah mobil hutan yang berhenti dalam keadaan menyala dijalan dan
ketika wira melihat kedalam mobil ternyata tidak ada siapa-siapa di dalam nya.
wira pun berteriak kearah hutan “heii apakah kamu yang
memberhentikan mobil disini, mobil mu masih menyala”, anak sang nenek yang
sedang berada tidak jauh dari jalan pun mendengar teriakan wira dan segera
berlari ke mobil nya.
Ketika anak sang nenek sampai ke mobil ia pun juga melihat
wira yang masih berada di dekat mobil, anak sang nenek pun berkata “terimakasih
bang telah memberitahu saya, saya lupa disebabkan tergesa-gesa”.
Wira pun bertanya “apa yang sedang bapak lakukan disini”,
anak sang nenek pun menjawab “saya sedang mencari ibu saya”.
Mendengar perkataan tersebut wira pun langsung menonjok
kepala nya dan berkata “jadi kamu orang yang telah meninggal kan nenek-nenek
yang saya temukan di hutan ini semalam”, anak sang nenek pun menjawab “kamu
telah menemukan ibu saya, dimana ibu saya sekarang, saya ingin meminta maaf atas
kesalahan yang telah saya perbuat kepadanya”.
Wira yang kesal pun mau tak mau akhirnya membawa anak sang
nenek kerumah untuk menemui sang nenek.
Ketika sampai dirumah wira pun memanggil nenek “nenek wira
sudah pulang” namun ternyata tidak ada sahutan dari sang nenek, anak sang nenek
pun bertanya kembali “dimana ibu saya, kamu bilang kamu membawa nya kesini kan,
mengapa ia tidak ada”.
Sambil berjalan masuk kerumah wira pun menjelaskan “tadi pagi
sekali ketika saya mau pergi berjalan nenek masih tidur, tapi seharusnya ia
sudah bangun mmm atau mungkin belum bangun karena kecapean”.
Ketika melewati meja makan wira pun heran karena sarapan
nenek belum di makan.
Dan ketika sampai di kamar wira pun memanggil nenek “nek
apakah nenek sudah bangun mengapa belum sarapan, nek saya membawa seseorang
yang ingin bertemu dengan nenek”, namun tidak ada sahutan dari sang nenek.
Anak sang nenek yang tidak sabaran pun mendesak wira agar
membuka pintu nya saja, wira pun membuka pintu kamar nenek dan terlihat nenek
yang masih terbaring berselimut.
anak sang nenek yang melihat ibu nya pun langsung mendekati
dan berkata “ibu maaf kan saya ibu saya menyesal”.
Keadaan menjadi hening dan Tidak terdengar sahutan dari sang
nenek.
Anak sang nenek pun kembali berkata “ibu maaf kan saya ibu
saya menyesal atas perbuatan saya yang telah membuang ibu kedalam hutan kemarin
dan saya juga minta maaf karena belakangan ini saya sering marah-marah terhadap
ibu”.
Namun Keadaan pun menjadi hening kembali tidak terdengar
sahutan dari sang nenek dan wira pun terdiam hanya bisa memperhatikan.
Anak sang nenek pun kembali berkata sambil hendak memegang
tangan ibu nya “ibu saya tau ibu masih marah pada saya dan saya maklum jika ibu
belum bisa memaaf kan saya” namun sang nenek pun tetap tidak menjawab dan
terlihat tidak bergerak.
Keadaan ini membuat wira pun segera merasa urat nadi sang
nenek dan ketika wira sedang mencek ternyata nyawa sang nenek sudah tiada.
Wira pun langsung mengatakan kepada anak sang nenek “pak ibu
bapak sudah meninggal”.
Anak sang nenek yang mendengar perkataan wira pun hanya bisa
menangis tersedu-sedu seraya menyesali perbuatan yang telah ia lakukan pada
sang nenek.
...Tamat...
Jika kasih seorang ibu adalah besi maka ketahuilah kasih itu
tak akan pernah berkarat.
semoga kita semua tidak menjadi anak yang durhaka kepada
orang tua.
Terimakasih telah membaca dan membagikan artikel ini, kasih
yang tak pernah berkarat – nambahwawasandulu.
Baca juga
Kisah mistis dani seminggu setelah tsunami di aceh
Muzammil hasballah qari internasional asal indonesia
Kisah taubat nya bandar narkoba

Komentar
Posting Komentar